Efek Samping Antibiotik – Meski sering masuk ke dalam resep, mulai sekarang gunakan antibiotik dengan lebih bijak. Antibiotik menyembuhkan penyakit dengan membunuh atau melemahkan bakteri. Penisilin adalah antibiotik pertama yang ditemukan di dunia (itu pun secara tak sengaja), dan hingga hari ini lebih dari 100 antibiotik tersedia untuk menyembuhkan penyakit ringan hingga yang membahayakan kelangsungan hidup.
Meskipun antibiotik berguna untuk menyembuhkan infeksi bakteri, tetapi jangan lupakan efek sampingnya. Antibiotik merupakan senyawa atau kelompok obat yang dapat mencegah perkembangbiakan berbagai bakteri dan mikroorganisme berbahaya dalam tubuh. Selain itu, antibiotik juga digunakan untuk menyembuhkan penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa dan jamur.
Tapi belum banyak orang yang tahu bahwa antibiotik juga dapat menyebabkan efek samping yang cukup membahayakan. Diberitakan dari Ehow, berikut beberapa efek samping antibiotik:
1. Gangguan pencernaan
Salah satu efek samping antibiotik yang paling umum adalah masalah pencernaan, seperti diare, mual, kram, kembung dan nyeri.
2. Gangguan fungsi jantung dan tubuh lainnya
Beberapa orang yang mengonsumsi antibiotik mengalami jantung berdebar-debar, detak jantung abnormal, sakit kepala parah, masalah hati seperti penyakit kuning, masalah ginjal seperti air kecing berwarna gelap dan batu ginjal dan masalah saraf seperti kesemutan di tangan dan kaki.
3. Infeksi
Efek samping yang paling rentan dirasakan perempuan adalah infeksi jamur pada organ reproduksi yang dapat menyebabkan keputihan, gatal dan vagina mengeluarkan bau serta cairan.
4. Alergi
Orang yang mengonsumsi antibiotik juga sering mengalami alergi, bahkan hingga bertahun-tahun. Alergi yang sering terjadi adalah gatal-gatal dan pembengkakan di mulut atau tenggorokan.
5. Resistensi (kebal)
Orang yang keseringan minum antibiotik bisa mengalami resistensi atau tidak mempan lagi dengan antibiotik. Ketika seseorang resisten terhadap antibiotik, ada beberapa penyakit dan infeksi yang tidak dapat lagi diobati, sehingga memerlukan antibiotik dengan dosis lebih tinggi. Semakin tinggi dosis maka akan semakin menimbulkan efek samping yang serius dan mengancam jiwa.
6. Gangguan serius dan mengancam nyawa
Penggunaan antibiotik dosis tinggi dan dalam jangka lama dapat menimbulkan efek sampaing yang sangat serius, seperti disfungsi atau kerusakan hati, tremor (gerakan tubuh yang tidak terkontrol), penurunan sel darah putih, kerusakan otak, kerusakan ginjal, tendon pecah, koma, aritmia jantung (gangguan irama jantung) dan bahkan kematian.
Untuk menghindari efek samping antibiotik yang berbahaya tersebut, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan antibiotik sesuai dengan dosis dan aturan pemakaian.
Di bawah ini ada beberapa cara yang bisa membantu Anda untuk memerangi penggunaan antibiotik secara berlebihan.
Diagnosa Dengan Cermat
Jangan meminta antibiotik bila tidak perlu. Bila anak sakit, mintalah pemeriksaan (diagnosa) yang jelas. Sebab ada beberapa penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik.
Jika dokter mendiagnosa anak terkena flu, infeksi fungsi saluran pernapasan, atau bronchitis, biasanya anak tidak akan diberikan antibiotik. Begitu juga halnya jika anak terkena radang tenggorokan atau terkena bakteri lainnya.
Apabila dokter memberikan antibiotik setiap kali anak terkena radang tenggorokan dan tidak melakukan tes bakteri, itu tandanya anak meminum antibiotik untuk sesuatu yang tidak perlu.
Beda Virus Dan Bakteri
Pelajari perbedaan antara virus dan bakteri. Jangan langsung menggunakan antibiotik ketika anak terinfeksi virus lain seperti cacar air atau gastroenteritis (diare).
Jadi, mengapa Anda harus memberi antibiotik saat anak hanya terserang demam atau flu? Ingus yang berwarna kuning atau hijau bukan berarti infeksi sinus yang disebabkan oleh virus. Sehingga solusinya adalah harus diberikan antibiotik, kecuali memang gejala tadi sudah berlangsung dan sudah ada selama 10-14 hari atau lebih.
Tegaskan Kembali
Katakan kepada dokter, Anda tidak mengharapkan pemberian antibiotik, apalagi jika memang tidak dibutuhkan. Pasalnya, masih banyak yang mempercayai mitos, “orangtua hanya menginginkan antibiotik ketika mereka pergi ke dokter.”
Padahal sering kali orangtua mengunjungi dokter hanya untuk memeriksakan apakah telinga anaknya terinfeksi atau terkena penyakit lainnya yang lebih serius. Mereka kerap kali menghibur diri dengan berpikir, ini hanya flu biasa.
Atau pada awal kunjungan, katakan kepada dokter, “Saya rasa anak saya hanya terkena flu dan akan sembuh sendiri. Saya hanya ingin memastikan jika telinganya baik-baik saja”.
Tidak ada salahnya pergi ke dokter jika anak sakit dan Anda tak harus menunggu 7-10 hari agar gejala itu hilang. Tapi yakinkan, Anda benar-benar tidak memerlukan antibiotik kecuali memang jika benar-benar dibutuhkan. Tanyakan apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak merasa lebih baik. Itu sebenarnya tujuan Anda, kan!
Disiplin Memakainya
Pencegahan melawan penyakit-penyakit tadi sebenarnya cukup dengan menggunakan obat yang diresepkan, kompres, dan memberi banyak cairan. Itu semua dapat membantu anak merasa lebih baik sampai infeksinya sembuh.
Jika harus menggunakan antibiotik, gunakanlah sesuai resep yang diberikan. Jangan berhenti meminumnya saat sudah merasa baikan atau menyimpannya untuk digunakan lagi di kemudian hari.
Mintalah petunjuk dokter untuk mempelajari penyakit anak dan cara mengatasinya. Semata-mata agar Anda sebagai orangtua lebih paham tentang kapan sebetulnya antibiotik dibutuhkan, masalah daya tahan tubuh, dan lain-lain.
Hasilnya? Anda dan anak akan aman dari risiko pemakaian obat antibiotik secara berlebihan di kemudian hari. Jika dokter tak sempat mengajarkan Anda tentang pemakaian antibiotik, masih ada banyak sumber-sumber yang bisa digali, misalnya mencari di internet atau bertanya kepada seorang kenalan yang kompeten mengenai masalah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar